Jumat, 25 September 2009

Hujan Disertai Petir Beberapa Hari Lagi


Peluang hujan ringan hingga lebat disertai petir diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika muncul di sejumlah wilayah dalam tiga hingga empat hari ke depan. Dari pantauan citra satelit pertumbuhan awan, perkiraan hujan terjadi di wilayah Sumatera bagian utara dan tengah, Jawa bagian barat ke wilayah Kalimantan bagian barat dan timur, Sulawesi, Maluku, serta Papua bagian barat dan utara.

”Pumpunan awan terbentuk sebagai ekor badai tropis yang mulai tumbuh di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edvin Aldrian, Kamis (24/9) di Jakarta.

Kelembaban tinggi atau basah disertai angin kencang, menurut Edvin, berpotensi menimbulkan petir selain hujan lebat. Fenomena yang menarik kali ini, pumpunan awan sebagai ekor badai di Samudra Pasifik itu terbentuk sangat panjang hingga ujung Sumatera bagian barat dan utara.

Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Fadli Syamsudin mengatakan, fenomena tersebut bukan semata dampak badai tropis di Samudra Pasifik, tetapi juga dipengaruhi kondisi panas atau tekanan rendah di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera atau di Teluk Benggala.

”Ekor badai Samudra Pasifik biasanya hanya akan sampai di wilayah Maluku atau Sulawesi,” ujar Fadli. Untuk tahu penyebabnya, perlu penelitian lebih lanjut.

Menurut Fadli, kondisi suhu muka laut di Samudra Hindia yang cukup hangat saat ini mampu menyuplai uap air dan membentuk awan hujan. Ditambah dengan fenomena badai tropis di Samudra Pasifik, peluang hujan tumbuh di sejumlah wilayah.

Badai tropis di Samudra Pasifik bagian barat itu menunjukkan tekanan udara rendah atau suhu muka laut yang tinggi. Menurut Fadli, saat ini akibat pengaruh El Nino semestinya suhu muka laut itu dingin sehingga tidak menyuplai uap air dan memengaruhi kemarau berkepanjangan di wilayah Indonesia.

Masyarakat diimbau tidak berwisata di puncak gunung api berstatus waspada dan siaga, terutama di dekat kawah aktif saat mendung dan hujan atau saat malam dan sore hari.

”Potensi bahayanya adalah peningkatan gas beracun dan guguran lava panas,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Rabu di Bandung.

Ia mengatakan, saat ini PVMBG telah memantau 66 gunung api aktif. Hasilnya, 12 gunung berstatus waspada dan empat berstatus siaga.

Gunung api berstatus waspada itu antara lain Semeru, Slamet, Papandayan, Kerinci, Rinjani, dan Bromo. Sementara yang berstatus siaga meliputi Anak Krakatau, Karangetang, Ibu, dan Talang. (NAW/CHE) JAKARTA, KOMPAS.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
Bookmark and Share

Arsip Blog