Selasa, 22 September 2009

Volume Kendaraan Meningkat, Jalur Puncak Padat

Dua hari setelah perayaan Lebaran, arus lalu lintas di Jalur Puncak tetap padat. Selasa (22/9) kemari dari pukul 06.00 sampai pukul 15.00 diperkirakan 21.000 mobil dan motor lebih dari 21.000 dari arah Jakarta atau Bogor melintas di jalur tersebut. Kepadatan arus lalu lintas juga terjadi di Jalan Raya Bogor Sukabumi, khususnya antara Ciawi dan Lido.

Di persimpangan Gadog (Ciawi), selain terlihat kegiatan rutin para aparat Polres Bogor mengatur arus lalu lintas, ada juga operasi lapangan satu tim Direktorat Lalu Lintas Mabes Polri sekitar pukul 14.00. Tim tersebut dengan menggunakan helicopter jenis Bolkow mempraktikan menurunkan anggota lalu lintas di tengah jalan yang arus lalu lintasnya tersendat . Ada 10 polisi, tiga di antaranya perempuan polisi, meluncur dari helikopter yang terbang statis di ketingian sekitar 50 meter dari tanah. Menyaksikan kegiatan itu Wakil Dirlantas Mabes Polri Komisaris Besar Didik Purnomo dan Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar Suntana.

Kemungkinan hari ini puncaknya kepadatan arus lalu lintas di Jalur Puncak. Sebab, yang turun dari atas (kawasan Puncak) juga hampir sama banyaknya. Memang anak-anak sekolah banyak yang libu r sampai tanggal 1 Oktober, namun mereka tentunya tidak pergi kalau tidak dengan orangtuanya. Libur bersama para orang tua, kan hanya sampai Rabu, kata Suntana di Pos Aju (dimajukan) Lalu lintas B 12 di Gadog, Selasa sore.

Secara menyeluruh kondisi arus lalu lintas di wilayah Kabupaten Bogor, menurut Suntana, lancar. Ketersendatan arus rata-rata di jalan-jalan depan objek wisata, seperti di menjelang atau di depan Taman Wi sata Mekarsari di CIleungsi, Waduk Cirata di Cariu, Lido di Cijeruk, Gunung Batok di Pamijahan, Cinangneg di Dramaga. Penyebab utamanya karena keluar masuk kendaraan pengunjung ke lokasi wisata tersebut.

Kepadatan arus lalu lintas di depan lokasi-lokasi wisata itu pun tidak sepadat Lebaran tahun-tahun sebelumnya. "Penyebabnya, apakah yang berwisatanya berkurang atau kemampuan anggota pengamanan Lebaran/mudik kami sudah makin mahir, atau kesadaran berlalu lintas para wistawan makin bagus? Ini kami belum tahu. Evaluasi belum dilakukan dan pengamanan Lebaran baru sampai H+2. Operasin ya kan sampai H+7," tutur Suntana.

Khusus untuk Jalur Puncak, penanganan sistem buka tutup untuk kelancaran arus di sana tidak dapat dihindari, akibat kendaraan yang melintas di jalur full tujuan wisata tersebut, tetap banyak. Belum lagi pengedara motor yang banyak juga tidak mematuhi peraturan lalu lintas.

Mengamati arus lalu lintas di pesimpangan Gadog, banyak pengendara motor tetap masuk ke Jalur Puncak dari arah Ciawi, walaupun arus sedang satu arah dari Puncak ke Gadog/Tol Jagorawi. Tidak sedikit juga pengendara motor baik dari arah Ciawi maupun Puncak yang tidak mengenal medan, sehingga mereka melaku masuk ke arah Tol Jagorawi. Tentu saja itu menambah kerjaan petugas yang berjaga di persimpangan tersebut.

Sopir mobil pribadi pun banyak juga tidak mempelajari peta perjalanan. Mereka memperlambat atau berhenti di dekat polisi yang mengatur lalu lintas, untuk menanyakan arah yang akan ditujunya , yakni mana kearah Puncak mana kear ah Ciawi. Pengemudi menanyaan arah, juga banyak terlihat di dalam Kota Bogor. Ini sedikit banyak menghambat kelancaran arah lalu lintas d i persimpangan Ekalosari, Baranangsiang, dan Tugu Kujang .

Lima Warung Disebur Debu Bahan Evaluasi

Adapun mengenai praktik penurunan anggota polisi lalu lintas dari helikopter di persimpangan Gadog, Kepala Polres Bogor Suntana mengatakan, kegiatan itu bagian dari operasi penanganan arus lalu lintas. Faktanya polantas mampu melaksankan tugas peluncuran tersebut. Mereka akan terlatih turun dari helikopter di jalan-jalan yang dari udara terlihat di lokasi di jalan itu menjadi simpul kemacetan arus lalu lintas yang harus diurai, tuturnya.

Bahwa kegiatan itu mengandung ekses negatif, sebagaimana terjadi di pe rsimpangan Gadong ada pukul 14.00 tadi, menjadi bahan evaluasi untuk penyempuraan pelaksanaan operasi sejenis selanjutnya. Ekses yang timbul saat itu adalah udara yang ditimbulkan baling-baling helikopter tersebut membuat barang dagangan di dua warung tidak berapa jauh dari titik helikopter terbang statis, porak poranda. Sebab debu-debu dan sampah yang terkena angin helikopter itu menyerbu masuk ke warung milik Nurlaila dan Dalih tersebut.

Sebetulnya yang kena ekses ada lima warung. Namun yang tiga warung, dalam keadaan tutup karena pemiliknya mudik. Kepada pemilik dua warung yang buka, kami sudah meminta maaf dan tentunya mengganti kerusakan yang ada, yang menurut kami tidak terlalu banyak. Keduanya memang menyatakan sangat keberatan karena debu-debu masuk ke warungnya. Peristiwa ini tentunya menjadi bahan evalusi yang sangat penting bagi kami, untuk menyempurnakan sebuah operasi semacam, tutur Suntana.

Evaluasi harus dilakukan, sebab kedatangan polantas dari helikopter di sanapun, tidak bertugas maksimal mengatur lalu lintas. Mereka kayaknya hanya pamer, bukan mau membantu aparat di Gadog mengatur lalu lintas. Mereka sebenar kok di sana, terus pulang ke Jakarta pakai mobil lewat tol, kata Didi, salah seorang warga setempat. BOGOR, KOMPAS.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
Bookmark and Share

Arsip Blog