Selain posting seputar identifikasi pasien, ada pula yang berusaha menjalin hubungan.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di sejumlah sekolah kedokteran di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sebagian besar di antaranya telah mendapati bahwa mahasiswa mereka memposting konten secara tidak profesional di internet. Sebagai contoh, informasi yang dipasang mahasiswa di internet merupakan pelanggaran terhadap kerahasiaan data pasien.
Sayangnya, menurut penelitian yang dimuat di JAMA (Journal of the American Medical Association) edisi September 2009, ternyata hanya sedikit sekolah saja yang memiliki kebijakan untuk mengatasi tipe posting seperti ini. Meski demikian, beberapa di antaranya akan mengeluarkan mahasiswa yang memajang gambar yang tidak seharusnya dipubliksikan.
Tampaknya, para calon dokter tersebut telah berbuat 'nakal' di Facebook. Selain memposting detail seputar identifikasi pasien, ada pula yang berusaha menjalin hubungan yang tidak pantas dengan pasien di situs jejaring tersebut.
Seperti VIVAnews kutip dari Sciencedaily, 28 September 2009, Dr Katherine Chretien dari Washington DC VA Medical Center yang mengepalai penelitian tersebut menyebutkan bahwa jumlah mahasiswa kedokteran yang melakukan tindakan tidak etis tersebut lebih tinggi dari yang diperkirakan.
"Insiden yang melibatkan pelanggaran atas kerahasiaan pasien selama setahun terakhir tercatat terjadi pada 13 persen dari 78 sekolah yang disurvey," kata Chretien. "Mahasiswa menggunakan kata-kata yang tidak senonoh, ucapan yang mendiskriminasi, dan materi yang mengandung seksual umumnya dilakukan," ucapnya.
Sebagian besar dosen menyebutkan sekolah mereka tidak memiliki kebijakan untuk memandu mahasiswanya tentang apa yang boleh mereka tulis di internet ataupun situs jejaring sosial, atau apa yang bisa mengakibatkan mereka dikeluarkan dari sekolah. "Dalam sebuah kasus, pernah ada lelucon yang dipasang di YouTube yang tampaknya menggunakan mayat pasien," kata Chretien. "Meski tidak bisa diketahui apakah lelucon mayat tersebut benar atau tidak dan bukan merupakan bagian dari penelitian kami, tetapi tetap saja itu bukan gambaran baik tentang profesi medis," ucapnya. • VIVAnews
Sayangnya, menurut penelitian yang dimuat di JAMA (Journal of the American Medical Association) edisi September 2009, ternyata hanya sedikit sekolah saja yang memiliki kebijakan untuk mengatasi tipe posting seperti ini. Meski demikian, beberapa di antaranya akan mengeluarkan mahasiswa yang memajang gambar yang tidak seharusnya dipubliksikan.
Tampaknya, para calon dokter tersebut telah berbuat 'nakal' di Facebook. Selain memposting detail seputar identifikasi pasien, ada pula yang berusaha menjalin hubungan yang tidak pantas dengan pasien di situs jejaring tersebut.
Seperti VIVAnews kutip dari Sciencedaily, 28 September 2009, Dr Katherine Chretien dari Washington DC VA Medical Center yang mengepalai penelitian tersebut menyebutkan bahwa jumlah mahasiswa kedokteran yang melakukan tindakan tidak etis tersebut lebih tinggi dari yang diperkirakan.
"Insiden yang melibatkan pelanggaran atas kerahasiaan pasien selama setahun terakhir tercatat terjadi pada 13 persen dari 78 sekolah yang disurvey," kata Chretien. "Mahasiswa menggunakan kata-kata yang tidak senonoh, ucapan yang mendiskriminasi, dan materi yang mengandung seksual umumnya dilakukan," ucapnya.
Sebagian besar dosen menyebutkan sekolah mereka tidak memiliki kebijakan untuk memandu mahasiswanya tentang apa yang boleh mereka tulis di internet ataupun situs jejaring sosial, atau apa yang bisa mengakibatkan mereka dikeluarkan dari sekolah. "Dalam sebuah kasus, pernah ada lelucon yang dipasang di YouTube yang tampaknya menggunakan mayat pasien," kata Chretien. "Meski tidak bisa diketahui apakah lelucon mayat tersebut benar atau tidak dan bukan merupakan bagian dari penelitian kami, tetapi tetap saja itu bukan gambaran baik tentang profesi medis," ucapnya. • VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar