Pola lain yang berubah adalah soal jeda waktu serangan.
Polri mengungkap ada pola-pola baru target jaringan teroris di Indonesia. Selain itu, jarak antara satu aksi dengan yang berikutnya pun juga sudah berubah.
"Kami lihat pascabom Ritz Carlton-JW Marriott ini mereka sudah membuat untuk serangan berikutnya," kata kata anggota tim antiteror Polri, Komisaris Besar Polisi Tito Karnavian.
Hal itu disampaikan Tito dalam keterangan pers bersama juru bicara Polri Inspektur Jenderal Nanan Sukarna dan Kepala Unit Cyber Crime Bareskrim Polri, Komisaris Besar Petrus Golose di Markas Besar Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Selasa, 29 September 2009.
Menurut Tito, Indonesia menjadi target karena dianggap memfasilitasi atau mempromosikan demokrasi yang diperjuangkan oleh negara-negara barat. Pola lain yang berubah adalah soal jeda waktu serangan.
"Jadi semacam adanya serial attack. Sudah dipersiapkan, ini juga menjadi temuan penting bagi kita tentang perubahan pola target," ujar dia.
Menurut Tito, Indonesia menjadi target karena dianggap memfasilitasi atau mempromosikan demokrasi yang diperjuangkan oleh negara-negara barat. Pola lain yang berubah adalah soal jeda waktu serangan.
"Jadi semacam adanya serial attack. Sudah dipersiapkan, ini juga menjadi temuan penting bagi kita tentang perubahan pola target," ujar dia.
Dua hotel mewah di Jakarta, Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton meledak pada 17 Juli 2009. Pasca peledakan itu, polisi memburu Noordin M Top yang dipercaya dalang dari serangan teror itu.
Noordin tewas bersama tiga pengikutnya yakni Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Husamudin, Adib alias Susilo, dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah. VIVAnews
Noordin tewas bersama tiga pengikutnya yakni Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Husamudin, Adib alias Susilo, dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah. VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar