Kamis, 24 September 2009

Setelah Bunyi Kokangan Senjata Itu...

Brigadir Satu I Wayan Pande M tak ingat persis pukul berapa ketika tendangan kaki kanannya mendobrak pintu depan rumah Susilo, sepekan lalu. Namun, Briptu Pande masih ingat betul, ketika pintu terkuak saat itu, telinganya menangkap suara jernih bunyi kokangan senjata api M16 dari balik pintu kamar depan di dalam rumah itu. Sekian detik kemudian, tiga kali tembakan meletus ke arahnya.

”Saya sudah loncat mundur ke belakang waktu dengar bunyi kokangan senjata itu dan teriak ’ada senjata’!” Bunyi kokangannya terdengar dua kali, enggak tahu kenapa, apa karena dia kaget sampai harus kokang dua kali,” cerita Pande, Jumat (18/9) di Solo, Jawa Tengah.

Briptu Pande adalah polisi pertama yang ”nekat” masuk ke dalam rumah kontrakan Susilo, yang diduga polisi menjadi tempat persembunyian Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Setelah operasi penyergapan usai, ternyata rumah Susilo itu juga menjadi tempat persembunyian buronan teroris nomor satu, warga negara Malaysia Noordin M Top. Dan, polisi juga menemukan Ario Sudarso alias Aji, Susilo, serta Urwah. Keempatnya tewas.

Lokasi rumah Susilo tak terlalu terpencil. Terletak di sebuah gang kecil di Kampung Kepuhsari, RT 03 RW 11, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo. Jarak antara satu rumah dan rumah lainnya berdekatan. Di muka rumah Susilo, dipasang lampu yang cukup terang.

”Waktu saya dobrak pintu itu, di dalam rumah sudah gelap,” kata Pande. Oleh karena itu, Pande juga tak bisa mengira-ngira, siapakah di antara keempat laki-laki di dalam rumah itu yang melepaskan tembakan M16 pertama kali.

Ketika mendobrak pintu itu, Pande hanya berbekal pistol jenis Glock 17 dan pentungan. Tak ada rompi antipeluru yang melindunginya. Pistol pun tak berada dalam genggamannya, tetapi ”tidur” di sarung yang tergantung di pinggangnya.

”Karena tahapan pertama operasi ini adalah tim low profile lebih dahulu. Ekspektasi kami menangkap sasaran dengan tangan kosong seperti menangkap Bejo (tersangka yang ditangkap di Pasar Kliwon, Solo, Rabu 16 September 2009, siang). Kalau saya sudah pegang senjata, nanti bisa mengganggu gerakan saya,” tutur Pande.

Meski demikian, tim low profile tersebut tetap dilindungi oleh tim lain di belakang, yang lebih siaga dengan senjata. Pola operasi polisi semacam itu ditentukan pula oleh eskalasi sasaran. Jika eskalasi di pihak sasaran meningkat, polisi memberlakukan pola yang lebih high profile, dalam artian pola yang lebih menyerupai pertempuran.

Kini, ratusan lubang bekas tembakan pada dinding dalam dan luar di rumah Susilo menjadi saksi bisu pertempuran itu. (Sarie Febriane)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
Bookmark and Share

Arsip Blog