Kamis, 24 September 2009

BI Diimbau Jangan Terlalu Agresif Turunkan BI Rate

Bank Indonesia (BI) diimbau jangan terlalu agresif dalam menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI Rate). Selisih antara level BI Rate dengan proyeksi inflasi harus dijaga guna mencegah perubahan-perubahan yang terlalu cepat.

Demikian disampaikan Direktur Utama PT Schroder Invesment Management Indonesia Michael Tjoajadi di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), SCBD, Jakarta Kamis (24/9/2009).

Menurut Michael, pemulihan ekonomi Indonesia secara cepat memang peluang bagus bagi BI menurunkan tingkat BI Rate. Proyeksi terkini menyebutkan, inflasi tahun 2009 bakal berkisar di level 5%. Hal membuat BI konfidens menurunkan BI Rate hingga saat ini bertengger di level 6,5%.

Namun ia mengingatkan, BI tetap harus memperhitungkan proyeksi inflasi pada tahun 2010. Sebagai catatan, level BI Rate tidak boleh berada di bawah angka inflasi. Sementara, proyeksi terkini membuka kemungkinan inflasi tahun 2010 bakal meningkat dari perkiraan tahun 2009.

"BI janganlah terlalu agresif menurunkan BI rate, karena tahun depan barang komoditas akan naik, barang jadipun akan naik. Jika sudah begitu, inflasi akan mengikuti. Apalagi harga komoditi seperti minyak mentah dan CPO diperkirakan bakal naik dan akan mendorong kenaikan harga barang jadi. Ini akan mendorong inflasi meningkat," jelasnya.

Nah, menurut Michael, kalau BI terlalu agresif menurunkan BI Rate dan menyisakan selisih yang tipis dengan level inflasi, bisa-bisa BI harus kembali menaikkan level BI Rate jika ternyata terbukti angka inflasi akan meningkat di 2010.

"Jika selisih antara suku bunga inflasi dan BI Rate menipis, akan menekan BI Rate itu sendiri. Sebaiknya BI jangan terlalu agresif menurunkan suku bunganya. Jika tahun depan inflasi naik, maka BI tidak harus menaikkan buru2 BI rate-nya. karena masih ada jarak (spread) yang cukup," jelas Michael.

(dro/dro) Whery Enggo Prayogi - detikFinance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
Bookmark and Share

Arsip Blog