VIVAnews - Angin topan dahsyat menghantam ibukota Filipina, Manila, dan sekitarnya Sabtu pagi, 31 Oktober 2009. Disertai hujan lebat dan angin kencang, Topan Mirinae menyebabkan aliran listrik terputus, pohon-pohon bertumbangan dan membawa banjir baru di daerah-daerah yang baru saja terendam air.
Lebih dari 100.000 orang mengungsi di sejumlah tempat penampungan di lima provinsi di sebelah timur dan selatan Manila. Satu sungai di provinsi Laguna, sebelah selatan Manila, telah meluap. Banjir bandang pun tak terelakkan sehingga membuat banyak warga di kota Santa Cruz masih terjebak di atas genteng-genteng rumah.
"Kami tidak bisa mengungsi, ini bukan lelucon," kata Walikota Santa Cruz, Ariel Magcalas. "Permukaan air sudah begitu tinggi. Kami butuh pertolongan," kata Magcalas kepada stasiun radio DZBB.
Pemerintah telah mengerahkan sejumlah tim darurat ke wilayah-wilayah banjir. Sejauh belum dipastikan apakah ada korban jiwa atau berapa banyak yang menjadi korban.
Di Manila sendiri, hujan mengguyur sepanjang malam sehingga membuat jalanan menjadi sepi. Dengan kecepatan sedikitnya 150 km/jam, Mirinae merupakan angin topan keempat yang mengguncang Filipina dalam sebulan terakhir.
Mirinae menempuh jalur yang sama dengan Topan Ketsana, yang menyebabkan bencana banjir terburuk di Manila dan sekitarnya dalam 40 tahun terakhir pada 26 September lalu. Saat itu ratusan orang tewas akibat amukan Ketsana dan banyak warga mengungsi. (AP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar