JOMBANG - SURYA- Kasus penculikan Rohmatul Latifah Asyhari, 16, oleh pria yang dikenal lewat situs jejaring sosial facebook, memunculkan ketakutanpada diri sebagian renaja putri Jombang. Mereka pun mulai mengurangi aktivitas berfacebook.
Ananta, teman dekat Latifah, misalnya, mengaku sebenarnya juga senang bermain facebook tetapi sekarang sudah jauh dikurangi. “Selain karena agak takut, juga karena ada imbauan dari kepala sekolah untuk tidak main facebook,” kata gadis berusia 16 tahun ini, Minggu (25/10).
Hal senada diungkapkan oleh Sinta Damayanti, 16, siswa salah satu SMK negeri di Jombang. Dia mengatakan, sejak kasus penculikan Latifah terungkap, dirinya mulai mengurangi aktivitas berfacebook. Dulu, hampir setiap hari Sinta mengakses situs pertemanan tersebut namun sekarang tidak lagi.
Kini, dalam sepekan, Sinta hanya membuka situs tersebut paling banyak dua kali. “Itupun hanya untuk mengecek jika ada pemberitahuan dari kawan lama saya,” kata, Sinta yang mengaku sering mengakses facebook melalui handphone.
Gadis berkulit putih ini menambahkan, selain mengurangi waktu berselancar di dunia maya, ia juga lebih selektif dalam memilih pertemanan. Dengan kata lain, jika tidak benar-benar kenal, seseorang yang mengajaknya berteman di facebook tidak akan dia konfirmasi sebagai teman. “Saya takut menjadi korban penculikan,” katanya.
Seperti diberitakan Surya, setelah menghilang sejak Senin (11/10), Latifah dipulangkan oleh Anis Asmara, 41, laki-laki yang dikenal lewat facebook dan diduga membawanya kabur, Sabtu (25/10). Selama menghilang, siswi SMA Jogoroto Jombang itu mengaku berada di Jakarta, dan kemudian di Bali, bersama Anis.
Saat masih di Jakarta, kepada Syafii, ayahandanya, Latifah mengatakan sudah menikah siri dengan Anis, yang mengaku warga Gianyar, Bali. Sabtu (25/10), tatkala memulangkan Latifah ke rumah orangtuanya di Dusun Sumberboto, Mojoduwur, Mojowarno, Anis dikeroyok massa. (Surya, 25/10).
Menanggapi kasus Latifah, Siti Munawaroh, 17, siswi MAN Jombang, mengaku sekarang lebih selektif dalam memilih kawan di facebook. Sedangkan mengenai alokasi penggunaan waktu, Siti mengaku masih seperti biasa, yaitu setiap hari selalu membuka akun facebooknya.
Siti berprinsip, selagi masih punya dasar iman yang kuat dirinya tidak akan gampang terpengaruh rayuan lewat dunia maya yang dilakukan seseorang. “Sebenarnya semua itu tinggal orangnya saja. Facebook kan hanya media. Tanpa facebookpun kita berpotensi untuk menjadi korban kejahatan,” pungkas gadis yang biasa berjilbab ini seperti dilansir beritajatim.com.
Di pihak lain, pascahilangnya Latifah, Kepala SMAN Jogoroto, Ahmad Damanhuri, mengimbau kepada para siswa-siswinya agar berhati-hati mengakses situs di internet. Ia meminta supaya internet digunakan untuk hal-hal bersifat positif. “Kalau hanya untuk iseng, lebih baik tinggalkan facebook. Kami khawatir tragedi yang menimpa Latifah terulang lagi,” katanya.
Seperti diberitakan Surya, setelah menghilang sejak Senin (11/10), Latifah dipulangkan oleh Anis Asmara, 41, laki-laki yang dikenal lewat facebook dan diduga membawanya kabur, Sabtu (25/10). Selama menghilang, siswi SMA Jogoroto Jombang itu mengaku berada di Jakarta, dan kemudian di Bali, bersama Anis.
Saat masih di Jakarta, kepada Syafii, ayahandanya, Latifah mengatakan sudah menikah siri dengan Anis, yang mengaku warga Gianyar, Bali. Sabtu (25/10), tatkala memulangkan Latifah ke rumah orangtuanya di Dusun Sumberboto, Mojoduwur, Mojowarno, Anis dikeroyok massa. (Surya, 25/10).
Menanggapi kasus Latifah, Siti Munawaroh, 17, siswi MAN Jombang, mengaku sekarang lebih selektif dalam memilih kawan di facebook. Sedangkan mengenai alokasi penggunaan waktu, Siti mengaku masih seperti biasa, yaitu setiap hari selalu membuka akun facebooknya.
Siti berprinsip, selagi masih punya dasar iman yang kuat dirinya tidak akan gampang terpengaruh rayuan lewat dunia maya yang dilakukan seseorang. “Sebenarnya semua itu tinggal orangnya saja. Facebook kan hanya media. Tanpa facebookpun kita berpotensi untuk menjadi korban kejahatan,” pungkas gadis yang biasa berjilbab ini seperti dilansir beritajatim.com.
Di pihak lain, pascahilangnya Latifah, Kepala SMAN Jogoroto, Ahmad Damanhuri, mengimbau kepada para siswa-siswinya agar berhati-hati mengakses situs di internet. Ia meminta supaya internet digunakan untuk hal-hal bersifat positif. “Kalau hanya untuk iseng, lebih baik tinggalkan facebook. Kami khawatir tragedi yang menimpa Latifah terulang lagi,” katanya.
***
ADAPUN Latifah hingga kemarin (25/10) masih mengurung diri di kamar –belum bersedia menemui tamu– meskipun dikunjungi bayak kerabat dan teman-temannya. Sebelumnya, Sabtu (24/10), dia diperiksa dan diambil visum di RSK Mojowarno.
Pj Direktur Womens Crisis Center (WCC) Jombang, Shalahuddin, mengatakan, hasil visum kemungkinan baru Senin (26/10) ini diketahui –itupun porsi polisi untuk membeberkannya. Menurut Udin, panggilan akrab Sholahuddin, kondisi korban secara psikologis belum pulih sehingga pihaknya juga belum banyak mengorek informasi dan keterangan dari Latifah.
ADAPUN Latifah hingga kemarin (25/10) masih mengurung diri di kamar –belum bersedia menemui tamu– meskipun dikunjungi bayak kerabat dan teman-temannya. Sebelumnya, Sabtu (24/10), dia diperiksa dan diambil visum di RSK Mojowarno.
Pj Direktur Womens Crisis Center (WCC) Jombang, Shalahuddin, mengatakan, hasil visum kemungkinan baru Senin (26/10) ini diketahui –itupun porsi polisi untuk membeberkannya. Menurut Udin, panggilan akrab Sholahuddin, kondisi korban secara psikologis belum pulih sehingga pihaknya juga belum banyak mengorek informasi dan keterangan dari Latifah.
“Kami sementara ini coba membantu melakukan pendampingan dan konseling untuk memulihkan kondisi korban,” imbuh aktivis LSM yang bergerak di bidang pendampingan perempuan dan anak korban kekerasan itu, di rumah Syafii Asyhari, orangtua Latifah, Minggu (25/10).
Mengenai kemungkinan adanya motif woman trafficking (perdagangan perempuan) di balik penculikan Latifah, Udin mengaku belum bisa memastikan. “Namun indikasinya mengarah ke sana (motif trafficking, Red),” kata Udin.
Mengenai kemungkinan adanya motif woman trafficking (perdagangan perempuan) di balik penculikan Latifah, Udin mengaku belum bisa memastikan. “Namun indikasinya mengarah ke sana (motif trafficking, Red),” kata Udin.
Hal ini pun dikukuhkan oleh pengakuan beberapa warga setempat. Beberapa warga mengungkapkan bahwa wajah Anis Asmara bukan wajah yang terlalu asing di desa setempat.
“Beberapa kali orang itu mondar-mandir di jalanan desa, dan mengawasi rumah Latifah. Kalau tidak ada maksud-maksud tertentu, untuk apa dia berbuat seperti itu,” kata Liana, tetangga Latifah.
Ayu Asyhari, 18, kakak kandung Latifah, menyampaikan informasi senada. “Memang wajah orang itu rasanya sudah familiar, gitu. Sepertinya sudah pernah saya lihat sebelumnya. Tapi entah di mana, saya lupa,” imbuh Ayu.
Ayu Asyhari, 18, kakak kandung Latifah, menyampaikan informasi senada. “Memang wajah orang itu rasanya sudah familiar, gitu. Sepertinya sudah pernah saya lihat sebelumnya. Tapi entah di mana, saya lupa,” imbuh Ayu.
Ayah Latifah, Syafii, mengaku bersyukur tetapi tak mau banyak bicara tentang kepulangan anaknya. Adapun ketika ditanya mengenai janjinya untuk menikahkan Latifah dengan laki-laki yang membawanya lari –asalkan saling mencintai– Syafii tak menjawab, dan hanya menerawang dengan pandangan kosong. /SUTONO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar