Jumat, 16 Oktober 2009

Tokoh: Raja Thailand Sakit


BANGKOK, KOMPAS.com - Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, yang berusia 81 tahun dan telah masuk rumah sakit sejak 19 September lalu, terus menerima perawatan karena inflamasi paru-paru dan harus menjalani terapi fisik. Bhumibol mulanya dirawat karena demam.
Selain itu, Raja juga merasa lelah dan kurang nafsu makan. Pernyataan dari istana di Bangkok, Kamis (15/10), menyebutkan bahwa dokter-dokter yang merawat meminta Raja tetap tinggal di rumah sakit agar dapat memperoleh makanan baik serta terapi fisik. Pernyataan itu juga mengungkapkan bahwa secara umum kesehatan Raja dalam keadaan baik.
Menurut pernyataan istana, gejala inflamasi paru-paru telah berkurang, tetapi tetap saja diperlukan waktu beberapa saat Raja dapat sepenuhnya pulih. Inflamasi paru-paru dapat berarti terjadi gejala radang paru-paru, tetapi istana tidak menyebutkan demikian.
Walaupun istana mengeluarkan pernyataan mengenai kesehatan Raja setiap hari, akan tetapi mereka tidak memberikan rinciannya dan tidak ada foto Raja selama dirawat di rumah sakit. Belakangan ini, Raja Bhumibol memang jarang tampil di muka umum.
”Komisi Kesehatan Kerajaan melaporkan bahwa Yang Mulia Raja sudah dapat memakan lebih banyak makanannya. Multivitamin dan serangkaian terapi fisik juga masih diberikan,” demikian pernyataan dari Rumah Tangga Kerajaan.
Pemersatu
Walaupun Thailand adalah monarki konstitusional, raja telah memproyeksikan citra yang sangat kuat dalam berkuasa selama 63 tahun sebagai figur pemersatu di kerajaan. Oleh sebagian orang Thailand, raja juga dianggap sebagai manusia setengah dewa.
Di Thailand, ada juga peraturan bahwa setiap orang yang dianggap menghina raja atau keluarga kerajaan akan dihukum hingga 15 tahun penjara.
Media-media setempat juga tidak terlalu terbuka menulis tentang istana. Surat kabar berbahasa Inggris terbitan Bangkok, Nation, pada edisi Kamis kemarin mengatakan bahwa harga saham jatuh karena ”ada rumor dari Hongkong dan luar negeri lainnya terhadap situasi politik sensitif di Thailand”.
Namun, sama sekali tidak disinggung mengenai keadaan kesehatan Raja yang sudah beberapa hari dirawat di rumah sakit.
Pengaruhi bursa
Kesehatan Raja juga memengaruhi situasi di pasar modal. Indeks saham di Bursa Efek Thailand sudah dua hari, Rabu dan Kamis, melemah. Rabu lalu, indeks melemah 2 persen dan Kamis (15/10) indeks jatuh lebih dalam lagi, hingga 8,3 persen. Kemudian, indeks sedikit menguat sehingga akhirnya indeks ditutup melemah 5,3 persen.
Penurunan indeks saham di Thailand itu merupakan penurunan harian terbesar sejak terjadinya krisis global Oktober tahun lalu.
Sementara itu, mata uang Thailand, baht, melemah dan menyentuh titik terendah dalam dua pekan terakhir menjadi 33,29 baht per dollar AS. Penurunan selama dua hari sebesar 10 persen itu menguapkan aset di bursa Thailand senilai 18 juta dollar AS.
Para petinggi bursa Thailand menyerukan kepada para investor agar tidak panik. Akan tetapi, rumor mengenai menurunnya kesehatan Raja—yang terlama berkuasa di kerajaan Thailand ini—tak urung telah menekan fluktuasi pasar saham.
Presiden Bursa Thailand (SET) Patareeya Benjapolchai mengaitkan penurunan indeks dengan kepanikan investor yang sebenarnya harus memantau keadaan Raja dengan cermat dan tidak mengambil keputusan berdasarkan rumor. Akan tetapi, menurut analis asing, kesehatan Raja memang menjadi keprihatinan para investor.
”Raja merupakan institusi stabilitas politik di Thailand sehingga pasar memerhatikan kesehatannya dengan saksama. Pergerakan saham yang tajam tampaknya akan mungkin terjadi selama tidak ada kepastian,” ujar Sebastien Barbe dari Calyon Investment Bank di Hongkong.(AP/AFP/Reuters/joe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
Bookmark and Share

Arsip Blog