VIVAnews - Bencana gempa bumi telah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Letak Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif membuat nusantara menjadi daerah yang rawan terjadinya gempa.
Tataan geologi wilayah Indonesia saat ini terjadi sebagai akibat interaksi tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun, Lempeng Samudra India-Benua Australia (Indo-Australia) yang bergerak ke utara-timur laut dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun, serta Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam, namun resultante sistem kinematiknya menunjukkan gerakan ke arah barat daya dengan kecepatan mencapai 13 cm per tahun.
Menurut data Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Senin 16 November 2009, diketahui gempa bumi berkekuatan lebih besar dari 6,5 Skala Richter di permukaan (Ms) berpeluang besar menyebabkan deformasi di daratan maupun di dasar laut.
Kenampakan deformasi yang terjadi dapat diamati secara langsung bila episenter gempabumi terjadi di daratan, sebagaimana teramati pada peristiwa Gempabumi Solor-Adonara (NTT) pada 25 Desember 1982 berkekuatan 6 Skala Richter yang menimbulkan patahan sepanjang ± 750 meter, serta adanya lajur retakan permukaan tanah sepanjang ± 1500 meter pada kejadian Gempabumi Liwa (Lampung) tahun 1994 dan ratusan meter patahan permukaan tanah akibat Gempabumi Kerinci (Jambi) tahun 1995.
Dari peta frekuensi kejadian gempabumi berfokus dangkal dan bersifat merusak tampak bahwa gempabumi berkekuatan 6 SR di permukaan (Ms) berpeluang besar terjadi di kawasan Pulau Sumatera bagian barat, wilayah selatan Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan daratan Pulau Sulawesi.
Sedangkan gempa bumi berkekuatan 7 Ms dapat terjadi pada dasar lautan di lantai Samudera Indonesia dari mulai barat laut Pulau Sumatera menerus hingga ke sebelah barat Aceh, sekitar Pulau Nias, Kepulauan Mentawai, sekitar Pulau Enggano, Selat Sunda, sebelah selatan Jawa Timur, selatan dan utara Kepulauan Nusa Tenggara termasuk Laut Flores, Laut Sawu, Laut Banda, Laut Sulawesi dan perairan sebelah timur Pulau Sulawesi sampai ke bagian barat Pulau Halmahera.
Selanjutnya gempa bumi yang tergolong sangat besar berkekuatan 8 Ms dapat terjadi di kawasan Halmahera hingga Samudera Pasifik di utara Irian Jaya.
Peristiwa gempa tersebut selain dapat merusak fasilitas infrastruktur yang dimiliki penduduk, juga akan merubah kondisi geologi/hidrogeologi secara cepat, misalnya penurunan debit mata air, berhentinya aliran mata air, intrusi air laut kedalam air tanah, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan terbentuknya rekahan-rekahan pada batuan akibat gempa.
Peristiwa gempa selain disebabkan oleh pergerakan lempeng, juga dapat disebabkan oleh aktivitas vulkanisme, atau Gempa Vulkanik. Namun besarnya getaran dan penyebarannya tidak sehebat Gempa Tektonik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar