KOMPAS.com — Derita seakan tak ada habisnya bagi Silviana Fitri Nurjana (12), siswa SDN Junrejo 1 Kota Batu. Baru dua tahun sadar berkelamin ganda dan belum sempat operasi, kini tumor mata ganas menyerangnya.
Sekilas tak ada yang berbeda dari diri Silviana Fitri Nurjana dengan anak seusia dirinya. Dengan menggunakan baju muslim berwarna coklat dan celana biru, Silvi, panggilan akrab putri sulung dari pasangan Purwantono dan Hasatul Mafiroh, cekatan membantu ibunya menjaga adik perempuannya yang masih 5 tahun.
Namun, jika diperhatikan secara saksama, mata kiri gadis kelas VI SD ini terlihat bengkak dan menghitam. Bahkan, bola matanya seperti hendak keluar. “Sudah tiga bulan saya sakit mata. Kata dokter di RSSA (Saiful Anwar Malang), saya kena tumor ganas. Orangtua saya juga tak tahu sebenarnya apa nama penyakitnya karena yang mengantar berobat biasanya guru di sekolah,” ungkap Silvi, berusaha menjelaskan secara gamblang, setelah melihat orangtuanya bingung menjelaskan tumor yang dideritanya.
Kedua orangtua Silvi mengaku tidak bisa memantau atau mengantar anaknya ke RSSA karena untuk memenuhi kebutuhan dapur pun mereka sudah nyaris tak bisa. “Saya baru saja operasi kaki karena terjatuh saat menjaga kebun orang. Sekarang sudah empat bulan saya tak bekerja,” beber Purwantoro yang berjalan pun harus dibantu tongkat.
Menurut cerita sang ibu, Hasatul, tumor yang menyerang Silvi baru diketahuinya tiga bulan lalu. Saat itu Silvi baru pulang dari sekolah dan mengeluh mata sebelah kirinya panas dan sangat sakit. “Saat itu saya kaget karena matanya sudah bengkak dan menghitam, seperti orang habis dipukuli. Beberapa hari kemudian, Silvi sering muntah-muntah,” ujar Hasatul.
Melihat anaknya memburuk, Hasatul pun membawa anaknya ke Puskesmas Junrejo, tetapi pihak Puskesmas langsung merujuknya ke RSSA. Hingga kini Silvi telah menjalani enam kali pemeriksaan.
“Tetapi belum ada obat yang diberikan RSSA Malang, katanya harus nunggu hormon dari Amerika dulu. Kami juga gelisah karena semakin hari tumor itu semakin mengganggu, bahkan setiap pagi mata kiri Silvi mengeluarkan air mata berbau busuk,” akunya.
Kalau orangtuanya sudah begitu menderita, apalagi Silvi. Dengan kondisi seperti itu, ia masih harus mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Semester Berstandar Nasional (UASBN). “Karena sudah mau lulus SD, kami mendapatkan pelajaran tambahan hingga pukul 15.30. Tetapi saya jam 12.00 sudah pulang duluan karena mata saya sudah tak kuat melihat tulisan di papan tulis,” tambah Silvi.
Tumor mata ini sebenarnya pukulan kedua. Pada 2007 lalu, ia diketahui punya kelamin ganda. Di atas vaginanya muncul penis. Sebenarnya kelamin laki-laki itu sudah ada sejak lahir, tetapi tidak ada yang memerhatikan mengingat tumbuhnya sangat dekat dengan kelaminnya yang lain.
“Saya malu waktu itu dan sempat tak mau sekolah karena sering diejek teman-teman. Katanya. Silvi lanang (laki-laki),” kenangnya.
Ejekan itu dianggapnya angin lalu ketika Pemkot Batu menjanjikan biaya operasi. Namun, impiannya terempas tiba-tiba ketika dana itu ternyata tidak mengucur dan operasi batal. “Sekarang saya sudah tidak berharap lagi operasi mengangkat kelamin laki-laki ini, tetapi dibantu biaya pengobatan tumor ini saja sudah cukup,” tandas Silvi. (Renni Susilawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar