BANDUNG, KOMPAS. com - Setelah melakukan penyisiran di dalam rumah keluarga Ny Nengsih, tempat terjadinya ledakan di Cipageran Kota Cimahi, polisi menemukan buku tulis milik Abdul Dzikri alias Abda berisi catatan cara pembuatan bom.
Hal itu terungkap dalam pemeriksaan polisi terhadap Ny Nengsih, ibu dari Dzikri, pelaku sekaligus korban ledakan di Cipageran di ruang Riksa Unit IV Reskrim Polres Cimahi, Kamis dini hari Rabu (4/11) tengah malam.
Buku tulis dengan tebal sekitar 40 halaman itu berisikan tulisan tangan pelaku dan korban ledakan, Abdul Dzikri, tentang cara-cara pembuatan bom yang ditulis dengan tinta berwarna biru. Sementara pada bagian lain buku itu, juga tertulis ungkapan kekecewaan dan sakit hati Dzikri terhadap keluarga dari mendiang ayahnya mendiang Martani yang menguasai harta warisan yang seharusnya menjadi miliknya.
"Ayahnya meninggal dunia sekitar dua tahun lalu, sejak itu kami pindah dan membuat rumah di Cipageran," kata Ny Nengsih yang mengalami depresi pasca kejadian ledakan di rumahnya kemarin siang.
Dalam tulisannya, Dzikri mengungkapkan kekecewaan dan sakit hatinya kepada keluarga dari pihak ayahnya. Dugaan sementara perasaan sakit hati itu menjadi pemicu pria lulusan STM di Jakarta itu merakit bom yang sudah beberapa kali dilakukannya dengan menggunakan bahan korek api. "Buku itu dibawa petugas dari Polda," kata Ny Nengsih.
Di hadapan penyidik, Ny Nengsih mengaku pernah menegur kebiasaan anaknya yang membuat bom rakian dari korek api itu, namun imbalannya ia sering mendapat makian dan perlakuan kasar hingga pemukulan dari anak lelakinya itu.
Pria lulusan STM di Jakarta itu sebenarnya menguasai keahlian perbengkelan, namun ia tidak mau bekerja setelah ayahnya meninggal dunia. "Kalaupun disuruh bekerja dia marah, akhirnya saya tidak berani lagi menyuruhnya bekerja. Sehingga ia banyak menghabiskan waktu di dalam rumah sendirian," kata Ny Nengsih.
Kebiasaan aneh Abdul Dzikri juga diungkapkan oleh adiknya Fathur atau Fathurahman (9) yang mengaku sempat diberitahukan cara membuat bom rakitan. Namun ia tidak tahu untuk rakitan itu dibuat. "Saya melihat remote control seperti untuk mobil-mobilan, pakai antena. Ada paralon dan kabel juga," kata Fathur.
Saat ledakan terjadi di rumahnya, Rabu sekitar pukul 15.30 WIB, ia bersama ibunya berada di luar rumah sehingga luput dari ledakan yang terjadi di rumahnya itu. Sementara itu, Abdul Dzikri saat ini dirawat di RS Polri Sartika Asih karena mengalami luka-luka cukup serius. Polisi belum bisa memintai keterangan pemuda pendiam itu. Korban yang juga pelaku peledakan itu mendapat penjagaan ketat dari anggota kepolisian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar