VIVAnews - Sebanyak 80 persen bisnis waralaba di Indonesia disinyalir bermasalah. Jumlah bisnis waralaba di Indonesia, termasuk lisensi, sekitar 800 usaha.
Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Indonesia Amir Karamoy mengaku masih banyak bisnis waralaba yang amburadul dan berakhir dengan tragis.
"Ada sekitar ratusan waralaba yang gugur, misalnya Ayam Bakar Wong Solo yang outletnya di mana-mana sudah tak terlihat lagi," kata Amir di Jakarta, Kamis, 5 November 2009.
Bahkan, ada salah satu waralaba yang semula memiliki 2 ribu outlet sekarang menyusut menjadi sekitar 90 outlet saja.
Indikasi tersebut menguat dengan fakta bahwa tak lebih dari 200 waralaba yang sudah teregister di Departemen Perdagangan. "Kalau di Amerika Serikat, kegagalan franchise per 10 tahun hanya sekitar 3 persen. Tapi kita bisa mencapai puluhan persen," ujar Amir.
Banyaknya waralaba yang berguguran ditengarai karena manajemen bisnis yang kurang profesional.
Dari 800 waralaba, hanya sekitar 10 hingga 15 persen yang tergolong perusahaan besar, semisal Indomaret, Alfamart, atau Kimia Farma. Waralaba yang disebut terakhir, menurut Amir, jarang dikomplain karena manajemen dan pendanaan yang jelas.
"Lihat saja hampir semua waralaba di Amerika Serikat sudah Tbk (terbuka) dan listed di New York Stock Exchange," katanya.
Namun, bisnis waralaba tidak akan pernah mati meski banyak pengusaha berguguran. Ketua Asosiasi Waralaba Indonesia Levita Supit Ginting menilai, waralaba yang masih menjadi favorit ada dua.
"Pertama, makanan dan minuman, dari restoran mewah yang harganya puluhan juta rupiah hingga booth khusus minuman siap saji yang bisa dijangkau hanya dengan Rp 5 juta," kata Levita.
Kedua, waralaba spa dan salon kecantikan. Itu karena kebutuhan untuk mempercantik diri bagi kaum wanita tidak akan surut meski di tengah krisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar